pos giv

Dzuhud ?

Diposting oleh Unknown | 23.09 | 0 komentar »
Ada beberapa ta’rif yang terdapat dalam kitab SUBULUS SALAM/FI SARAH BULUGHUL MARAM (As-syaid Imam Muhammad bin Ismail al-Khailani) pada Kitabuj jami’nya tepatnya ada halaman 170 .(juz ke 3)


Yang pertama : membenci dunia lalu berpaling darinya (dunia)

Yang kedua : meninggalkan kesenangan dunia untuk kesenangan akherat

Yang Ke tiga :merasa manis dan cukup dengan sesuatu yang ada pada dirinya.

Bila kita simak beberapa ta’rif di atas seperti ada sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan kita secara umum, yakni menyenangi kehidupan dunia dengan segala ke indahannya, pertayaannya bila zuhud itu adalah bahagian dari ajaran Islam, apakah sebagai manusia dan seorang Muslim kita harus meninggalkan hal hal yang bersifat duniawi lalu menghabiskan seluruh waktu untuk hanya fokus pada pengumpulan pahala sebagai bekal untuk kehidupan ukhrawi ?

Tentunya tidak ! karena bila kita berbicara pahala, berarti kita bicara Ibadah , yakni “segala perbuatan baik yang dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, yang menjadi wujud penghambaan kita kepadanya.

Lalu bagaimana dengan sebahagian orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkunjung dan berdekatan dengan orang alim, dengan alasan mengambil Barakah dari kealiman mereka hingga anak, istri bahkan usahanya terbengkalai , apakah itu di sebut zuhud ?

Rasulullah adalah tauladan utama bagi kita, sebelum menjadi rasul beliau menjadi pengembala domba, untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya apalagi saat beliau ada pada asuhan salah seorang pamannya yang juga miskin, bagi saya mengikuti ulama, yang munurut Rasulullah sebagai pewarisnya , bukanlah mengikuti kemana dan dimana mereka berada, melainkan mengikuti wejangannya meski hanya kita dengar dan baca melalui sebuah media.

Islam tidak melarang kita kaya, justeru dengan hal itu kita banyak berbuat, asalkan kekayaan itu di dapat dengan cara yang halal, baik secara syar ‘e (hukum Islam)maupun negara, bukankah kata Rasulullah “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, lalu dapatkah kita menjadi tangan yang di atas (pemberi) bila utk kebutuhan sendiri saja kita tidak dapat mencukupi.

Dzuhud , adalah sebuah ungkapan dari sebuah sikap kepada sesuatu objek, maka kalimat atau ungkapan tersebut tentunya harus relevan dengan situasi masa yang kita hadapi,karena setiap masa mempunyai tantangan yang berbeda, atau bahkan bertambahnya tantangan baru , namun tentunya tidak keluar dari prinsip Dzuhud itu sendiri. Hingga bukanlah pada tempatnya seorang yang malas berusaha dan kebiasannya berkunjung ke habib dan ajengan serta ziarah kubur saat mendapat kesulitan dalam masalah duniawi dia berkata “ yang penting akherat.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS 62;10)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(28;77)

Dua ayat di atas rasanya cukup untuk kita memaknai apa itu zuhud, bagi saya zuhud itu ialah “menata kehidupan ini secara seimbang dunia dan akherat, toh dunia pun juga adalah ladang bagi akherat.

Simaklah apa yang disampaikan Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Abi Dzar secara Marfu’ (Zuhud di dunia bukan mengharamkan yang halal, lalu meninggalkan dunia, akan tetapi dzuhud itu adalah merasa ridha dengansesuatu yang Allah berikan kepada kita)

Tentunya hadits di atas bukan berarti kita diam menerima apa adanya , melainkan setelah adanya usaha maksimal untuk lebih dapat meningkatkan taraf kehidupan kita.

Wallahu a’lam.